Analisis dan penjelasan NTP serta NTUP di Sulut pada Juni 2025 berdasarkan data BPS

4 Min Read
Ilustrasi petani di sawah (Digenerate dengan AI)

ZONAUTARA.com – Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dinyatakan dalam persentase. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), It mencerminkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi pertanian, sementara Ib mencakup harga barang/jasa untuk konsumsi rumah tangga dan biaya produksi serta penambahan barang modal (BPPBM). NTP dihitung dengan rumus: NTP = (It / Ib) × 100.

Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) mirip dengan NTP, tetapi Ib hanya mencakup komponen BPPBM, sehingga lebih fokus pada kemampuan produksi petani tanpa memasukkan konsumsi rumah tangga. Rumusnya: NTUP = (It / Ib BPPBM) × 100.

Kegunaan NTP dan NTUP sebagai indikator kesejahteraan petani adalah untuk mengukur daya beli petani terhadap kebutuhan hidup dan produksi.

NTP > 100 menunjukkan surplus (pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran), NTP = 100 berarti impas, dan NTP < 100 menandakan defisit.

Menurut referensi lain seperti dari Kementerian Pertanian, NTP berguna untuk menilai fluktuasi harga komoditas pertanian dan mendukung penghitungan pendapatan sektor pertanian, sementara NTUP lebih mencerminkan efisiensi produksi.

BPS menggunakan data ini untuk pemantauan kebijakan pembangunan pertanian, seperti ketahanan pangan dan evaluasi kesejahteraan pedesaan.

Ringkasan tren NTP dan NTUP

Pada Juni 2025, NTP Sulawesi Utara mengalami penurunan m-to-m sebesar -0,60% menjadi 130,35, sementara NTUP turun -0,78% menjadi 135,79.

Penurunan ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga penerimaan petani (It) yang turun -0,69% menjadi 162,18, meskipun Ib juga menurun -0,08% menjadi 124,42 untuk NTP dan naik 0,09% menjadi 119,44 untuk NTUP.

ntp
Infografis: BPS Sulut

Tren ini menunjukkan tantangan bagi petani, terutama di subsektor hortikultura dan peternakan, tetapi tetap di atas 100, mengindikasikan surplus secara keseluruhan.

Perbandingan dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi: Sulawesi Utara mengalami penurunan NTP sebesar -0,60% dan NTUP -0,78%, sementara Gorontalo justru naik 0,51% untuk NTP dan 0,02% untuk NTUP. Sulawesi Tenggara mengalami penurunan NTP terbesar (-2,50%).

ntp
Infografis: BPS Sulut

NTP dan NTUP menurut subsektor

NTP dan NTUP bervariasi per subsektor, dengan penurunan dominan di hortikultura dan peternakan akibat penurunan harga seperti tomat dan babi. Berikut rincian m-to-m dalam tabel:

SubsektorNTP Mei 2025NTP Juni 2025Perubahan NTP (%)NTUP Mei 2025NTUP Juni 2025Perubahan NTUP (%)
Tanaman Pangan108,48110,431,80112,88114,571,50
Hortikultura225,04213,05-5,33236,93223,45-5,69
Tanaman Perkebunan Rakyat126,72127,160,35131,83132,140,24
Peternakan116,80115,03-1,51120,49118,51-1,64
Perikanan107,10106,89-0,19115,76115,62-0,13
– Nelayan108,23107,91-0,29117,80117,55-0,21
– Pembudidaya Ikan94,9795,870,9595,5496,360,86
Gabungan131,14130,35-0,60136,85135,79-0,78

Analisis: Subsektor hortikultura mengalami penurunan terbesar (-5,33% NTP dan -5,69% NTUP), dipengaruhi oleh penurunan harga tomat. Sebaliknya, tanaman pangan naik signifikan (1,80% NTP), didorong oleh kenaikan harga cabai rawit dan cakalang. Secara kualitatif, penurunan ini terkait faktor musiman seperti pasokan berlebih dan fluktuasi harga input produksi.

Komoditas pendorong dan penahan

  • Pendorong Kenaikan (m-to-m): Tomat dan babi (penyumbang utama kenaikan It).
  • Penahan Penurunan (m-to-m): Cabai rawit dan cakalang (menahan penurunan It), serta upah membajak dan pupuk TSP/SP 36 yang memengaruhi Ib.

Implikasi: Tren penurunan NTP/NTUP menunjukkan risiko defisit daya beli petani jika tidak ada intervensi, seperti stabilisasi harga melalui kebijakan pasokan. Namun, nilai di atas 100 tetap menandakan kesejahteraan relatif baik dibandingkan tahun dasar 2018.

Kesimpulan

Data BPS menunjukkan NTP dan NTUP Sulawesi Utara pada Juni 2025 mengalami penurunan ringan, dipengaruhi oleh subsektor hortikultura dan peternakan. Meskipun demikian, nilai surplus (di atas 100) mencerminkan kesejahteraan petani yang stabil, dengan potensi perbaikan melalui diversifikasi produksi dan pengendalian harga input.

Untuk kebijakan, disarankan pemantauan subsektor rentan dan peningkatan akses pasar.

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *